Yang tidak kalah impresif dari Yayasan Remaja Masa Depan adalah latar belakang pendirinya “M.Firdaus” sebagai mantan anak jalanan, sehingga ia memahami bagaimana hidup dalam kemiskinan parah yang dialami oleh anak-anak binaannya dan ia pun menjadi ‘role model’ bagaimana sebuah cita-cita dapat diraih melalui kerja keras dan pendidikan yang tinggi. M.Firdaus lahir dari keluarga miskin dan sulit mengakses pendidikan. Namun punya tekad besar merubah nasib tidak hanya buat dirinya sendiri, tapi juga nasib orang lain. Ia lahir di Jakarta (26 December 1969) yang dibesarkan di lingkungan keras dan kumuh di Manggarai-Jakarta. Perjalanan hidupnya penuh kerja keras dan tantangan.
Ayah M.Firdaus Cuma seorang penjaga sekolah Muhammadiyah dan ibunya kuli cuci. Ia anak tertua dan punya 7 orang adik yang sebagian putus sekolah. Tinggal di gubuk kontrakan berukuran 3 x 4 meter terbuat dari bilik bambu di tepi kali yang kerap banjir jika hujan. Bisa dibayangkan hidup dengan 10 orang anggota keluarga tinggal di gubuk yang sempit. Saking sempitnya, sebagian terpaksa tidur diluar rumah. Selain masalah tempat tinggal, makanpun susah, seringkali nasi basi digoreng (dicampur garam sebagai lauknya) kemudian dimakan. Mengapa nasi basi digoreng? Sebab jika digoreng, air basinya akan hilang. Tentu saja makan dengan lauk hanya garam tidak pernah dibayangkan semua orang. Tapi inilah kondisi yang terjadi. Seringkali juga keluarganya makan makanan dari hasil mencari ditempat sampah supermarket (Gelael Tebet Raya saat itu). Makanan dari hasil mengais di tempat sampah kemudian dibawa pulang dan dimakan di rumah.
Karena miskin, ia dan adik-adiknya terpaksa bekerja untuk membantu mencari makan keluarga dan membiayai sekolahnya. Saat SD ia jualan kue keliling kampung, saat SMP berjualan koran diperempatan patung Pancoran. Ini percis seperti lagu Iwan Fals ‘Sore Tugu Pancoran’. Walau kerja keras berjualan koran, ia tetap belajar keras untuk berprestasi di sekolah.
Meraih sarjana FIB-UI (1988-1994) atas beasiswa Super Semar dan sempat kuliah S1 FHUI walau tidak tamat. Lalu melanjutkan studi Master (S2) Psikologi UI tahun 1994 dan Study Master (S2) FISIP UI tahun 2003-2004, tapi tidak tamat juga. Tahun 2006 kuliah di University of East Anglia, Norwich-Inggris atas beasiswa dari The International Fellowship Program (IFP) dan meraih gelar MA pada tahun 2008. Setelah meraih gelar MA, ia mengembangkan perannya dalam meningkatkan kesejahteraan anak di Indonesia. Kini kesibukan beliau sebagai dosen, wiraswasta, dan mengurus yayasan.
Sejarah pendirian Yayasan Remaja Masa Depan (YRMD) diawali adanya krisis moneter tahun 1997-1998 yang menyebabkan banyak anak putus sekolah dan orangtuanya di PHK dari pekerjaan. M.Firdaus mencari anak-anak putus sekolah di sepanjang bantaran Sungai Ciliwung Bukit Duri & Kebon Baru yang ternyata jumlahnya signifikan. Maka didirikanlah SMP dan SMA gratis pada 19 Juli 1999. Pendirian sekolah gratis ini mendapat sambutan antusias masyarakat dan pemerintah, sehingga jadi proyek percontohan. Sekolah gratis saat itu sangat perlu, sebab sekolah negeri masih berbayar mahal (belum seperti sekarang dimana sekolah negeri semua sudah gratis). Jadi YRMD mensponsori berdirinya sekolah gratis yang kemudian diikuti oleh pemerintah dengan menggratiskan sekolah-sekolah negeri sejak tahun 2004.
Sedangkan sejarah pendirian Panti Asuhan Tebet 1999 bukanlah sesuatu yang direncanakan. Awalnya keprihatinan banyaknya siswa yang bersekolah di SMP & SMA gratis yang didirikan YRMD tidak mempunyai rumah tinggal, jumlah awalnya ada 6 anak lalu bertamah jadi 15 anak dan jumlahnya terus bertambah saat itu. Sangat dimaklumi saat itu banyak siswa SMP-SMA Gratis yang didirikan YRMD berprofesi sebagai pekerja anak/anak jalanan yang tidak memiliki rumah tinggal.
MARYAMAH, Menjadi Yatim Piatu sejak usia 5 tahun
Maryamah lahir di sebuah kampung nelayan terpencil yaitu Kampung Pondok Dua, Muaragembong Kabupaten Bekasi pada 16 Januari 1974. Kampung ini saking terpencilnya baru masuk listrik sekitar tahun 1980an. Akses jalan kampung ini juga umumnya lewat air/perahu (sungai CBL atau laut) sampai tahun 1990an, baik saat akan ke Jakarta ataupun Kota Bekasi. Saat usia 5 tahun Maryamah sudah menjadi Yatim-Piatu. Artinya sejak kecil hidup tanpa kasih sayang ayah dan tanpa Ibu kandung tentu sesuatu yang terasa sekali. Dipaksa mandiri dan prihatin untuk mengarungi kehidupan.
Lulus SD, ia melanjutkan MTs (setingkat SMP) ke Pondok Pesantren Darul Amal di Kampung Buni- Babelan Bekasi dan MA (Setingkat SMA) di Pondok Pesantren Al Barkah di Lemah Abang Bekasi- Jawa Barat. Lulus MA, ia melanjutkan kuliah S1 di Universitas Islam Attahiriyah dan menjadi santri di pondok Pesantren Attahiriyah. Ini berarti hidupnya selama 12 tahun (SMP-SMA-Kuliah S1) tinggal di Pondok Pesantren atau tidak tinggal bersama keluarganya yang memang ia seorang anak yatim piatu. Untuk membiayai kuliah, ia menjadi guru mengaji panggilan dan mengajar di TK dan TPA Islam Attahiryah Bukitduri Tebet-Jakarta Selatan.
Maryamah bersama suaminya, M.Firdaus mendirikan Panti Asuhan Tebet sejak 2003. Sejarah hidupnya dan sejarah hidup suaminya sangat tepat sekali untuk mendirikan Panti Asuhan dan sampai sekarang program panti asuhannya (sudah berjalan 20 tahun lebih) berjalan dengan baik.